Bencana Seperti Gunung Meletus dan Kecelakaan, Ini Cara Kita Bersikap Menurut Buya Yahya

19 April 2024, 08:56 WIB
Cara umat muslim menyikapi bencana seperti gunung meletus menurut Buya Yahya /Gylfi/

LIMGKARTANGRANG.COM - Bencana seperti gunung meletus, gempa bumi, kecelakaan, hingga sakit merupakan ketetapan Allah yang tidak dapat kita duga datangnya.

Bencana seperti gunung meletus merupakan fenomena alam yang tidak dapat dielakkan. Begitu pula dengan gempa bumi. Sebagai manusia. Kita hanya dapat memprediksi, berusaha mencegah, dan mengatasi agar kerusakan dan korban minimal.

Bagaimana seharusnya kita sebagai umat Islam menyikapi bencana? Benarkah semua terjadi karena dosa manusia? Buya Yahya menjelaskan dalam salah satu kajiannya yang ditayangkan di media sosial.

Baca Juga: Ujian Datang, Musibah atau Tanda Kita Disayang Allah? Ini Kata Buya Yahya

Cara Menyikapi Bencana Menurut Buya Yahya

Di dunia ini, hampir tidak ada manusia yang mau sakit dan menderita, mendapatkan musibah yang menyayat hati. Namun, seperti kata pepatah, malang tak dapat ditolak dan untung tidak dapat diraih. Sekuat apapun kita menghindar, takdir Allah akan menghampiri.

Dalam Islam, setiap bencana dan kesakitan diketahui mempunyai dua makna, ujian dari Allah untuk mengangkat derajat manusia dan teguran atau azab atas dosa yang telah dilakukan. Meskipun demikian, tidak ada yang tahu persis ketika sesuatu yang buruk terjadi, ujian atau azab?

Berdasarkan hal tersebut, Buya Yahya menerangkan, Allah sangat mencintai hamba-Nya. Ujian atau azab, keduanya merupakan tanda Allah akan mengangkat derajat manusia.

"Kaidahnya sederhana, jika ada seorang hamba diuji oleh Allah, itu tanda Allah cinta karena akan mengangkat derajatnya," ucap Buya Yahya sebagaimana dikutip LingkarTangerang.Com dari Kanal YouTube Al Bahjah TV, 18 Februari 2024.

Dengan memahami kaidah di atas, muslimin tidak akan putus asa moeski hidup terasa menghimpit. Husnudzon akan selalu hadir, Allah cinta pada kita.

Jika lulus ujian, derajat kita akan lebih tinggi. Namun, jika itu merupakan azab, dosa akan terhapus dan Allah meminta kita untuk berubah.

Baca Juga: Ramadhan Telah Berlalu, Ini Tanda Ibadahmu Sudah Benar Menurut Buya Yahya

"Ada musibah itu biar pun semuanya adalah untuk membuat perubahan (lebih baik-red)," kata Buya Yahya.

Buya yang bernama lengkap Profesor Doktor Yahya Zainal Ma'arif ini pun melanjutkan dengan contoh orang yang sakit gigi. Tanpa mempedulikan ini ujian atau azab, jika kita ikhlas maka itu akan menjadi pahala. Kebaikan yang mungkin lebih besar daripada berzikir yang banyak.

"Sakit gigi yang Anda rasakan. Kemarin itu jika Anda serahkan pada Allah jadi pahala. bisa saja melampaui dzikir Anda yang banyak " ungkap Buya Yahya.

Bagaimana cara kita bersikap pada musibah yang terjadi? Buya Yahya menjelaskan dari dua sudut pandang.

Pertama, jika yang mengalami diri sendiri, di sini kita diingatkan untuk bermuhasabah, khawatir ada dosa yang sengaja atau tidak dibuat. Kita harus meminta ampun kepada Allah SWT.

"Ya Allah, puji syukur kepadaMu, telah kau beri sakit. Semoga dengan ini diampuni kesalahanku ya. Allah" contoh Buya Yahya.

Baca Juga: Sepatu Hilang di Masjid, Teguran atau Ujian? Ini Kata Buya Yahya

Hal di atas tidak berlaku jika bencana terjadi pada orang lain, sekeluarga hingga satu wilayah tertentu. Pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah di Cirebon itu menegaskan, kita harus mempunyai utang yaitu adab.

Tidak boleh menuduh orang yang mengalami bencana seperti gunung meletus adalah masyarakat berdosa atau suka berzina. Kepada mereka kita harus bersikap lebih lembut.

Selain itu, besarkan hati orang yang tertimpa bencana karena Allah akan mengangkat derajatnya.

"Kalau musibah menimpa orang lain, besarkan hatinya. Allah akan mengangkat derajat," ingat Buya Yahya. ***

Editor: H Prastya

Tags

Terkini

Terpopuler