LINGKARTANGERANG.COM - Sebagai salah satu sekutu Israel, Parlemen Inggris atau House of Commons membahas gencatan senjata di Gaza, Palestina. Hal tersebut dilaksanakan sehari setelah AS memveto DK PBB yang menyerukan jeda kemanusiaan.
Pembahasan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza berjalan alot hingga kisruh pada Rabu, 21 Februari 2024. Para pemimpin politik di sana sebagian besar mengecam Israel karena mengeksploitasi dengan kejam prinsip pertahanan diri untuk melegitimasi pembantaian terhadap masyarakat Palestina di Gaza.
Brendan O'Hara, anggota parlemen dari Partai Nasional Skotlandia (SNP) mengatakan, House of Commons mempunyai peluang untuk berada di pihak yang benar dalam sejarah. Dia bersuara untuk mengakhiri kekerasan, sejalan dengan kebijakan partai yang menyerukan pernghentian segera pertempuran di Gaza.
Baca Juga: Memanas! China Sebabkan Kepanikan di Masyarakat Taiwan, AS Beri Peringatan
"Tidak seorang pun akan menyangkal bahwa Israel mempunyai hak untuk membela diri," tutur O'Hara sebagaimana dilansir LingkarTangerang.Com dari Middle East Eye, Kamis 22 Februaari 2024.
"Apa yang tidak boleh dilakukan oleh negara mana pun adalah mengepung penduduk sipil, mengebom daerah padat penduduk, mengusir orang-orang dari rumah mereka, memusnahkan seluruh infrastruktur sipil, dan menetapkan hukuman kolektif yang melibatkan pemutusan aliran air, listrik, makanan, dan obat-obatan bagi warga sipil," tambahnya.
Kisruh di Parlemen Inggris
Anggota parlemen dari partai yang sama dengan O'Hara, Anum Qaisar menyoroti keterlibatan Inggris dalam perang Hamas versus Israel.
"Pemoman F-35 digunakan. Suku cadang untuk jet tempur ini, sistem penargetan laser, dan sistem pelepasan senjata dibuat di pabrik-pabrik di Inggris," kata Qaisar.
Baca Juga: Terjadi Baku Tembak, Badan Pangan PBB Hentikan Bantuan ke Gaza Utara