Jadi, kalau tidak dapat melaksanakannya secara berurutan, keutamaan puasa Syawal tetap ada. Semuanya bisa menyesuaikan. Buya Yahya pun mengingatkan, ibadah ini adalah Sunnah yang dikukuhkan. Jangan melaksanakannya sesuai hawa nafsu.
Baca Juga: Ramadhan Bulan Mulia, Ini Cara Wanita Haid Raih Keutamaannya Menurut Buya Yahya
Apa yang dimaksud ibadah sesuai hawa nafsu?
Dalam berbagai tradisi, terutama di Indonesia, setelah Ramadhan, bulan Syawal merupakan waktu tepat untuk bersilaturahim. Hendaknya puasa kita disesuaikan dengan jadwal tersebut sehingga tidak riya', terkesan sok, atau membuat orang lain tidak nyaman.
Misalnya, kita berkunjung ke rumah ibu (orang tua) atau guru yang sudah lama tidak didatangi. Mereka sudah memasak untuk menyambut kita. Dengan demikian, kita seharusnya tidak menolak hidangan dengan alasan puasa.
"Mohon maaf, saya lagi puasa ... Sok-soksn sekali manusia ... Seharusnya menyesuaikan karena ini sunnah," terang Buya Yahya.
Lalu, Buya menyebut, akan lebih baik jika ibadah puasa digabungkan dengan Sunnah lai sehingga keutamaan dan pahala yang diperoleh lebih banyak. Menggabungkan dua niat Sunnah dalam satu waktu dibolehkan.
Baca Juga: Berapa Kali Rasulullah SAW Khatam Al Quran di Bulan Ramadhan? Ini Penjelasan Ustadz Adi HIdayat
"Pilih hari yang juga Sunnah, misal Senin. Sunnah dengan Sunnah. Anda boleh niatkan dua-duanya," tegas Buya Yahya. ***