LINGKARTANGERANG.COM - Mengingat hari lahir atau ulang tahun (ultah) kini sering dilakukan banyak orang termasuk umat Islam.
Perayaan ultah tersebut bermacam-macam, mulai dari pesta meriah untuk anak atau hanya sekadar memberi ucapan selamat. Semua dimaksudkan untuk memberi perhatian kepada orang-orang tercinta.
Namun, segolongan umat Islam ada yang menyebut perayaan ultah sebagai perbuatan syirik atau menyekutukan Allah. Sebuah amalan yang dosanya sangat besar karena Islam tidak pernah mengajarkan perayaan hari lahir.
Baca Juga: Oki Setiana Dewi Dikritik karena Rayakan Ultah Anak, Benarkah Itu Syirik? Ini Kata Buya Yahya
Benarkah demikian? Profesor Yahya Zainal Ma'rif, Lc., ulama bijak yang lebih dikenal dengan Buya Yahya menjelaskannya dalam satu kajian.
Buya Yahya Ingatkan Ini pada yang Sebut Perayaan Ultah Perbuatan Syirik
Buya Yahya mengatakan, Rasulullah SAW juga selalu mengingat hari lahirnya, Senin tahun 571 Masehi. Nabi memperingatinya dengan berpuasa pada hari tersebut. Banyak hadist shahih yang menyebutkannya.
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ
"Dari Abu Qatadah Al-Anshar bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab, Pada hari itu aku dilahirkan dan saat itu aku dituruni wahyu." (HR. Muslim)
Berdasarkan hal di atas, Buya Yahya pun menyebutkan, mengingat dan merayakan hari kelahiran bukan kesalahan.
"Yang perlu diubah adalah caranya," jelas Buya Yahya sebagaimana dikutip LingkarTangerang.Com dari kanal YouTube Al Bahjah TV, 11 Desember 2023.