Rayakan Tahun Baru dengan Terompet dan Foya-foya, Buya Yahya: Umat Islam Ini Banyak yang Lemah Pendirian

- 31 Desember 2023, 21:09 WIB
Rayakan Tahun Baru dengan terompet dan foya-fota, Buya Yahya: Umat Islam sering elmah pendirian.
Rayakan Tahun Baru dengan terompet dan foya-fota, Buya Yahya: Umat Islam sering elmah pendirian. /Tangkapan layar YouTube Al-Bahjah TV

LINGKARTANGERANG.COM - Tahun Baru sejatinya berhubungan erat dengan ajaran Nasrani.

Perayaan Tahun Baru sudah dimulai sejak zaman Romawi Kuno di mana masyarakatnya masih menyembah berhala. Pada masa Julius Caesar, pergantian tahun ditetapkan pada bulan Januari, waktu yang dikaitkan dengan nama Janus, dewa yang memiliki dua wajah, menghadap ke depan dan kebelakang.

Baru pada tahun 1582 M, Paus Gregorius XIII menetapkan, 1 Januari sebagai Hari Kelahiran Yesus yang memang secara resmi tidak diketahui waktunya. Sejak saat itu, Tahun Baru menjadi satu paket dengan Natal. Itu sebabnya kita akrab dengan ucapan Merry Christmas and Happy New Year.

Baca Juga: Kenapa Umat Islam Ikut Perayaan Tahun Baru Masehi? Ini Jawaban Buya Yahya

Perayaan Tahun Baru kemudian menyebar ke seluruh dunia dan diikuti sebagian besar orang lengkap dengan berbagai kebudayaannya, termasuk meniup terompet dan foya-foya. 

Bagaimana Islam sebenarnya memandang perayaan Tahun Baru lengkap dengan budayanya yang diikuti sebagian besar masyarakat? Profesor Yahya Zainal Ma'arif, ulama yang lebih dikenal dengan sebutan Buya Yahya menyebutnya sebagai gaya perayaan orang kafir.

Budaya Perayaan Tahun Baru dalam Islam Menurut Buya Yahya

Sebelum menjelaskan secara gamblang tentang budaya perayaan Tahun Baru yang banyak dilakukan anak muda di negara Islam, termasuk Indonesia, Buya Yahya menjelaskan hakikat pergantian tahun.

Menurut Buya Yahya, tidak masalah dengan pergantian tahun yang disebut Masehi, Imlek, dan lainnya. Namun, sebagai orang Islam dan orang tua hendaknya memperkenalkan penanggalan Hijriyah.

Penanggalan Hijriyah ini berhubungan dengan ibadah dan amalan umat Islam, seperti waktu dimulainya puasa Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, dan lainnya. Sementara penanggalan Masehi sama sekali tidak berkaitan dengan ibadah, hanya lebih diakui di dunia.

Halaman:

Editor: H Prastya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah