Harga-harga di Gaza Melonjak, Orang-orang Bersenjata dan Bertopeng Turun ke Jalan untuk Kendalikan

- 1 Maret 2024, 12:31 WIB
suasana pasar di Rafah di mana harga-harga di Gaza melonjak.
suasana pasar di Rafah di mana harga-harga di Gaza melonjak. /Ibraheem Abu Mustafa/

LINGKARTANGERANG.COM - Perang Hamas versus Israel telah berlangsung hampir 5 bulan. Pada masa itu, persediaan makanan dan berbagai kebutuhan pokok terus menipis. Akibatnya, harga-harga di Gaza melonjak.

Penawaran dan persediaan yang menipis tidak sebanding dengan permintaan menjadi sebab utama harga-harga di Gaza melonjak. Banyak warga yang membutuhkan sembako tidak dapat memperolehnya.

Untuk mengatasi hal di atas, orang-orang bersenjata dan bertopeng turun ke jalan-jalan di Gaza. Mereka menyebut akan melindungi rakyat dan menegakkan hukum setelah banyak polisi tidak lagi bertugas karena terdampak perang.

Baca Juga: Israel Serang Pemukiman Warga Palestina di Rafah Gaza Selatan, Sedikitnya 7 Orang Tewas

Orang-Orang Bersenjata dan Bertopeng di Jalan Gaza

Sebagian besar warga Palestina kini berada di tempat-tempat penampungan untuk melindungi diri dari serangan Israel. Kebanyakan dari mereka berada di Rafah, wilayah perbatasan dengan Mesir. Namun, ditutupnya akses masuk dan keluar Gaza mengakibatkan pendistribusian makanan, obat-obatan, dan bantuan terhambat. Harga-harga pun melonjak tidak terkendali.

Untuk mengatasi hal itu, sekelompok orang bersenjata dan bertopeng turun ke jalan di Gaza. Mereka mulai berpatroli di Rafah.

Foto-foto di media sosial menunjukkan, pria-pria bertopeng ski dengan tudung menutupi kepala, berdiri di samping kios-kios pasar. Dalam salah satu foto, dua pria memegang senapan serbu. Di foto lainnya, enam pria mengacungkan tongkat.

Baca Juga: Sekolah-Sekolah di Berlin Diminta untuk Sebarkan Selebaran yang Gambarkan Nakbah 1948 Mitos

Para pria yang memegang tongkat juga mengenakan ikat kepala. Ada tulisan di sama dengan slogan dalam bahasa Arab "Komite Perlindungan Publik".

“Untuk memantau harga dan menghukum mereka yang mengeksploitasi kebutuhan masyarakat,” kata seorang pria dalam kelompok yang tidak disebutkan namanya sebagaimana dilansir LingkarTangerang.Com dari Reuters, Kamis 29 Febrauri 2024.

Mohammad Abuemad, seorang lulusan universitas berusia 24 tahun yang meninggalkan rumahnya di Kota Gaza pada awal perang dan sekarang tinggal di tenda menyebut, orang-orang bersenjata dan memakai topeng mulai terlihat di Rafah sejak Rabu, 28 Februari 2024.

Sebelumnya, polisi merupakan pemandangan yang biasa ada di Rafah. Mereka mengatur antrean panjang di beberapa tempat, seperti toko roti dan bakn. Namun, setelah Zionis menargetkannya, hampir tidak ada lagi petugas yang berjaga.

Abuemad berharap, kelompok pria bertopeng dapat bertindak adil kepada masyarakat sampai perang berakhir dan polisi sesungguhnya kembali terlihat.

Baca Juga: Kisruh di Parlemen Inggris saat Bahas Gencatan Senjata di Gaza

“Mungkin mereka baik, tapi kami berharap mereka bertindak adil terhadap masyarakat,” ujar Aboemad.
 
“Kami lebih suka perang berakhir sehingga kepolisian yang sebenarnya bisa kembali,”  pungkasnya. ***

Editor: H Prastya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah