"Google telah melakukan tindakan pembalasan yang jelas terhadap pekerjanya sendiri karena berani berbicara rentang syarat dan ketentuan kerja mereka," kata kelompok No Tech for Apharteid.
Baca Juga: Harga-harga di Gaza Melonjak, Orang-orang Bersenjata dan Bertopeng Turun ke Jalan untuk Kendalikan
Meskipun demikian, kelompok tersebut mencatat, karyawan yang dipecat merasa puas dengan pemutusan hubungan kerja dari perusahaannya.
"Saat memberhentikan pekerja pemberani ini, HR Google menanyakan perasaannya. Pekerja tersebut menjawab: 'Bangga dipecat karena menolak terlibat genosida'," lanjut pernyataan di atas.
Proyek Nimbus yang Diprotes Karyawan Google
Proyek Nimbus yang kontroversial disambut secara internal oleh karyawan sendiri dengan kemarahan dari banyak karyawannya. Mereka mengatakan, kemitraan akan membantu memajukan diskrimnasi Israel terhadap warga Palestina. Sesuatu yang oleh banyak kelompok hak asasi manusia dianggap sebagai apharteid, tindakan membedakan orang lain berdasarkan suku, warna kulit, agama, dan rasnya.
"Selama hampir tiga tahun, ribuan pekerja Google dan Amazon telah berorganisasi menentang kontrak perusahaan dengan pemerintah dan militer Israel. Namun, tidak ada tanggapan dari manajemen atau eksekutif," kata No Tech for Apharteid.
Kemitraan google dengan militer Israel mendapat sorotan baru di tengah perang Israel di Gaza. Sampai hari ini Zionis telah membunuh lebih dari 30 ribu warga Palestina yang sebagian besar anak-anak dan peempuan.
Baca Juga: Israel Serang Pemukiman Warga Palestina di Rafah Gaza Selatan, Sedikitnya 7 Orang Tewas
Pada bulan Desember 2023, anggota staf Google dan No Tech for Apharteid mengadakan acara di London untuk insinyur perangkat lunak Mai Ubeid, lulusan kamp pelatihann pengokdean yang didanai Google, Gaza Sky Geeks. Pada tahun 2020 dia menjadi bagian dari akselarator Google untuk Startup Program.
Sayangnya, Ubeid terbunuh bersama seluruh keluarganya dalam serangan udara selama perang Israel di Gaza yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023. ***