Karyawan Google Dipecat Usai Protes Pro-Palestina pada Konferensi Teknologi Israel di New York, Ini Alasannya

9 Maret 2024, 21:24 WIB
Protes karyawan Google atas kemitraan perusahaan dengan Israel, 14 Desember 2023. /X @ No Tech for Apharteid/ HO Middle East Eye/

LINGKARTANGERANG.COM - Seorang karyawan Google yang mengidentifikasi dirinya sebagai insinyur perangkat lunak cloud melakukan protes pro-Palestina saat Konferensi Teknologi Israel di New York.

Dalam acara di New York City di awal pekan ini, Senin 4 Maret 2024, karyawan Google tersebut berdiri saat pidato utama Barak Regev, Kepala Google Israel. Dalam sebuah video yang kemudian viral terlihat dia mengatakan, menolak membangun teknologi yang memberdayakan genosida.

Karyawan Google tersebut secara khusus mengecam Project Nimbus, sebuah perjanjian senilai 1,2 miliar AS bagi Google dan Amazon untuk memasok cloud dan komputasi bagi Israel dan militernya.

Baca Juga: Israel Terus Serang Gaza, PBB: Kelaparan Hampir Tak Bisa Dihindari

"Saya menolak membangun teknologi yang memberdayakan genosida," ucap karyawan Google yang belum diketahui namanya sebagaimana dilansir LingkarTangerang.Com dari Middle East Eye, Jumat 8 Maret 2024.

"Proyek Nimbus membahayakan anggota komunitas Palestina," teriaknya dalam konferensi.

Seorang juru bicara Google mengatakan, karyawan tersebut akhirnya dipecat karena mengganggu acara resmi yang disponsori perusahan.

"Perilaku ini tidak baik, apa pun masalahnya, dan karyawan tersebut kami pecat karena melanggar kebijakan kami," ucap juru bicara Google.

Menanggapi pemecatan karyawan Google, kelompok No Tech for Apharteid mengeluarkan pernyataan yang mengecam perusahaan teknologi dunia tersebut. Mereka menuduhnya telah mengekang kebebasan berpendapat seputar isu Palestina.

"Google telah melakukan tindakan pembalasan yang jelas terhadap pekerjanya sendiri karena berani berbicara rentang syarat dan ketentuan kerja mereka," kata kelompok No Tech for Apharteid.

Baca Juga: Harga-harga di Gaza Melonjak, Orang-orang Bersenjata dan Bertopeng Turun ke Jalan untuk Kendalikan

Meskipun demikian, kelompok tersebut mencatat, karyawan yang dipecat merasa puas dengan pemutusan hubungan kerja dari perusahaannya.

"Saat memberhentikan pekerja pemberani ini, HR Google menanyakan perasaannya. Pekerja tersebut menjawab: 'Bangga dipecat karena menolak terlibat genosida'," lanjut pernyataan di atas.

Proyek Nimbus yang Diprotes Karyawan Google

Proyek Nimbus yang kontroversial disambut secara internal oleh karyawan sendiri dengan kemarahan dari banyak karyawannya. Mereka mengatakan, kemitraan akan membantu memajukan diskrimnasi Israel terhadap warga Palestina. Sesuatu yang oleh banyak kelompok hak asasi manusia dianggap sebagai apharteid, tindakan membedakan orang lain berdasarkan suku, warna kulit, agama, dan rasnya.

"Selama hampir tiga tahun, ribuan pekerja Google dan Amazon telah berorganisasi menentang kontrak perusahaan dengan pemerintah dan militer Israel. Namun, tidak ada tanggapan dari manajemen atau eksekutif," kata No Tech for Apharteid.

Kemitraan google dengan militer Israel mendapat sorotan baru di tengah perang Israel di Gaza. Sampai hari ini Zionis telah membunuh lebih dari 30 ribu warga Palestina yang sebagian besar anak-anak dan peempuan. 

Baca Juga: Israel Serang Pemukiman Warga Palestina di Rafah Gaza Selatan, Sedikitnya 7 Orang Tewas

Pada bulan Desember 2023, anggota staf Google dan No Tech for Apharteid mengadakan acara di London untuk insinyur perangkat lunak Mai Ubeid, lulusan kamp pelatihann pengokdean yang didanai Google, Gaza Sky Geeks. Pada tahun 2020 dia menjadi bagian dari akselarator Google untuk Startup Program. 

Sayangnya, Ubeid terbunuh bersama seluruh keluarganya dalam serangan udara selama perang Israel di Gaza yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023. *** 

Editor: Dwi Novianto

Tags

Terkini

Terpopuler