Puasa Syawal Tidak Berturut-Turut, Bolehkah? Ini Jawaban Buya Yahya

13 April 2024, 20:27 WIB
Buya Yahya menjawab: Bolehkah puasa Syawal tidak ebrtruut-turut? /Tangkapan Layar Kanal YouTube Al Bahjah TV/

LINGKARTANGERANG.COM - Puasa Syawal merupakan sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW setelah Ramadhan usai. 

Meskipun demikian, puasa Syawal tidak dapat dilaksanakan saat tanggal 1. Haram hukumnya puasa di hari tersebut. Ibadah tersebut disunnahkan dimulai tanggal 2 Syawal hingga akhir.

Jumlah hari puasa Syawal adalah enam, sesuai banyak hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Rasulullah SAW.

مَنْ صَامَ رَمَضانَ ثُمَّ أَتَبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كانَ كصِيَامِ الدَّهْرِ

"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka baginya (ganjaran) puasa selama setahun penuh." (HR Muslim)

Baca Juga: Parcel Lebaran dan Hampers, Bagaimana Menurut Islam?

Dalam berbagai hadist, termasuk yang disebutkan di atas, tidak diketahui waktu tepat pelaksanaannya, begitu pula caranya. Oleh karena itu, ulama Buya Yahya menjelaskan secara lengkap dan singkat.

Pelaksanaan Puasa Syawal Menurut Buya Yahya

Sebelum menjelaskan tentang puasa di bulan Syawal lebih lanjut, Buya dengan nama lengkap Profesor Doktor Yahya Zainal Ma'arif, Lc. menekankan hukumnya. 

Puasa di bulan ini adalah Sunnah muakkad. Artinya ibadah yang sangat utama untuk dilaksanakan. Apalagi mengingat ganjarannya, seperti berpuasa selama satu tahun penuh. 

Itu juga yang akan menjadi alasan banyak ulama tidak menganjurkannya untuk langsung dilaksanakan. Mereka khawatir, umat muslim menganggapnya sebagai sebuah kewajiban. 

"Sebagian ulama menilainya makruh jika dilaksanakan langsung karena khawatir dianggap wajib," kata Buya Yahya sebagaimana dilansir Lingkar Tangerang.Com dari Kanal YouTube Al Bahjah TV, 14 Juni 2017.

Baca Juga: Ramadhan Bulan Mulia, Ini Cara Wanita Haid Raih Keutamaannya Menurut Buya Yahya

Menurut Buya Yahya, ibadah puasa ini juga tidak boleh dilaksanakan sesuai hawa nafsu. Banyak orang yang harus dihormati dan dihargai ketika melaksanakannya. 

Dalam Mahzab Imam Syafi'i, puasa boleh dilaksanakan tidak berturut-turut. Misalnya, seling sehari atau dua sampai tiga hari.

"Menurut Mahzab kita, Imam Syafi'i, tidak harus berurutan," jelas Buya Yahya.

Orang yang melaksanakan secara berurutan tidak salah. Kebaikan memang harus disegerakan. Sifat manusia yang senang menunda dapat membuatnya lalai, hingga bulan Syawal terlewat.

Yang terpenting, sekali lagi, puasa tidak mengikuti hawa nafsu. Idul Fitri masih diselimuti suasana silaturahim. Tidak pantas, jika datang ke orang tua atau guru yang memberikan jamuan, kita menolaknya.

Baca Juga: Berapa Kali Rasulullah SAW Khatam Al Quran di Bulan Ramadhan? Ini Penjelasan Ustadz Adi HIdayat

"Saya tidak makan, Ummi. Saya lagi puasa .. Kan sok bener manusia," ungkap Buya Yahya.

Jadi, seharusnya puasa Syawal waktunya bisa menyesuaikan. Bukan menentukan Haris sesuai hawa nafsu dan membuat orang lain tidak nyaman. ***

Editor: H Prastya

Tags

Terkini

Terpopuler