Israel Tarik Pasukan dari Gaza Selatan, Netanyahu: TIdak Akan Menyerah pada Tuntutan Ekstrem

- 8 April 2024, 04:15 WIB
Kerusakan di Gaza Selatan, di mana Israel menarik pasukan Minggu, 7 April 2024.
Kerusakan di Gaza Selatan, di mana Israel menarik pasukan Minggu, 7 April 2024. /Ahmaed Zakot/Reuters

LINGKARTANGERANG.COM - Minggu, 7 April 2024 Pemerintah Zionis mengatakan, Israel menarik pasukan dari Gaza Selatan yang berbatasan dengan Mesir lebih banyak saat perundingan dengan Hamas masih terus berlangsung.

Meskipun tentara Israel menarik pasukan dari Gaza Selatan, secara keseluruhan perang masih berkecamuk. Belum ada tindakan yang mengarah pada gencatan senjata.

Apalagi bersamaan dengan Israel menarik pasukan dari Gaza Selatan, PM Benyamin Netanyahu mengatakan, dirinya tidak akan menyerah pada tuntutan ekstrem dari negara lain. Mereka tetap ingin menghabisi kelompok pejuang Palestina, Hamas.

Baca Juga: Pasukan Israel Mundur dari RS al-Shifa Setelah Kepung 2 MInggu, Tinggalkan Tumpukan Mayat

Israel Tarik Pasukan dari Gaza Selatan

Israel telah mengurangi jumlah pengungsi di Gaza sejak awal tahun ini. Oleh karena itu, mereka menarik banyak pasukan cadangan di bawah tekanan dari Washington, sekutu utamanya.

Juru bicara IDF tidak memberikan rincian, jumlah tentara yang masih ada di perbatasan Rafah dan alasan penarikan.

Namun sekali lagi, Netanyahu memperingatkan bahwa negaranya tidak akan tunduk pada tekanan asing dan menyerah pada tuntutan ekstrem.

Pemimpin Hamas, Basem Naim menyalahkan lawannya.

"Netanyahu masih mengulur waktu untuk menyelamatkan diri dari kegagalan dan tanggung jawab sehari setelah pertempuran. Tampaknya tekanan AS tidak cukup untuk memaksanya melakukan gencatan senjata yang menyeluruh," kata Naim sebagaimana dilansir LingkarTangerang.Com dari Reuters, Minggu 7 April 2024.

Baca Juga: Perundingan Gencatan Senjata Masih Berlangsung, Israel Tewaskan 77 Warga Palestina dalam 24 Jam Terakhir

Hamas menginginkan, perjanjian harus menjamin gencatan senjata yang lengkap dan komprehensif, penarikan penuh pasukan dari wilayah yang diduduki setelah 7 Oktober 2023 dan kebebasan bergerak bagi penduduk di seluruh Gaza.

Negara-negara di dunia khawatir, penarikan pasukan dari Rafah yang berbatasan dengan Mesir mengindikasikan serangan baru dalam waktu dekat. Namun, Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby menyatakan sebaliknya. Pengurangan pasukan kemungkinan merupakan bagian dari istirahat dan perbaikan saja, tidak selalu mengindikasikan peningkatan serangan.

Baca Juga: Ramadhan Berdarah, Israel Serang Warga Sipil Palestina di Kamp Nuseirat Gaza Tengah

Bagaimana pun, pertempuran selama enam bulan telah membebasni militer dan perekonomian Israel. Banyak pakar keamanan negara tersebut mengatakan, mereka melihat ancaman yang lebih besar dari Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon. Selain itu, Israel juga mewaspadai kemungkinan serangan balasan dari Iran sebagai reaksi atas terbunuhnya jenderal Iran, 1 April lalu. ***

Editor: H Prastya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah