LINGKARTANGERANG.COM - Pasukan Israel mundur dari RS al-Shifa di Gaza setelah mengepungya selama dua minggu.
Kompleks fasilitas medis terbesar di Palestina, RS al-Shifa ditingggalkan dalam kehancuran setelah pengepungan dua minggu, di mana bangunan-bangunan rusak dan banyak tumpukan mayat.
Pejabat militer IDF menyebut, pasukan Israel telah membunuh 200 orang dan menangkap setidaknya 900 lainnya, selama dua minggu pengepungan RS al-Shifa. Namun, pertahanan sipil Gaza melaporkan, jumlah korban tewas sekitar 300 orang.
Pengepungan RS al-Shifa oleh Pasukan Israel
Selain mengakui 200 pembunuhan, tentara Zionis mengatakan, mereka berusaha melakukan serangan tanpa melukai warga sipil dan personil medis. Semua yang tewas adalah anggota Hamas.
Meskipun demikian, organisasi media dan saksi mata menolak klaim tentara Netanyahu. Bahkan, WHO melaporkan, setidaknya 21 pasien meninggal dunia selama pengepungan. Orang-orang yang selamat juga menuturkan, sejumlah warga sipil ikut tewas selama pendudukan.
"Orang-orang ditembak dan diserang. Kami adalah warga sipil," tutur seorang pemuda sebagaimana dilansir LingkarTangerang.Com dari Middle East Eye, 1 April 2024.
"Pemandangannya lebih buruk daripada gempa bumi ... Tidak ada dokter. Ada yang terbunuh, ada yang ditangkap ... Lima belas hari pengepungan di al-Shifa tanpa apa-apa, tanpa makanan dan air," lanjutnya.
Sebagai bukti fisik, media mengungkapkan, struktur kompleks di setiap bangunan rusak. Peralatan dan dokumen hancur berserakan di mana-mana. Di unit bedah khusus, salah satu gedung terbaru, yang tersisa hanya tumpukan batu dan logam. Unit yang hancur, antara lain gedung ginjal dan bersalin, kamar mayat, fasilitas pendingin, serta gedung klinik rawat jalan.